Cakrawala saat senja di dermaga Taman Jaya, Ujung Kulon |
Setahun berlalu
dari perjalanan terakhir bersamanya, setahun berlalu ketika masih bisa mengecap
kabut pagi di Mandalawangi, setahun tak terasa berlalu dan kenangan atas sunset
di ujung barat Jawa tersimpan rapi di laman perjalanan kami, setahun berlalu
ketika kami terguncang-guncang melintasi bebatuan di perbukitan Lebak, dan
setahun untuk mengingat ketika dengan sadar kami menghentikan untuk sementara
rencana untuk melakukan perjalanan melintasi darat pulau ini. Sebuah
petualangan baru hadir dalam bentuk yang berbeda seratus delapan puluh derajat.
Tak ada guncangan membanting punggung, tak ada debu di permukaan wajah dan tak
ada angin dingin menusuk tulang. Yang ada adalah debar jantung dan kerinduan
untuk menunggu yang akan hadir bersama kami. Yang dibicarakan adalah rasa
penasaran untuk melihat seperti apa parasnya, bentuk wajahnya, dan kemudian
berurai harapan yang akan kami sematkan padanya saat ia benar-benar datang dan
menyambut sinar matahari pertamanya. Tiap kesempatan untuk memantaunya adalah
kesenangan tersendiri, rasa bahagia yang muncul ketika melihat perkembangannya
dari hari ke hari, menuju titik akhir di mana ia akan keluar dari ruang
gelapnya dan menatap wajah kami dengan mata hitam bulatnya yang suci dan
bening.
Harapan pun
terbangun seiring kedatangannya, tentu bukanlah rangkaian bunga dan lampu-lampu
hias di rumah melainkan doa kami atasnya, doa yang kami harapkan sudah
membalutnya sejak ia hadir di dunia ini, doa yang tumbuh dari apa yang kami
lihat, rasakan, serta nilai-nilai yang membangun emosi dan pikiran kami sejauh
ini.
Senja di Pangumbahan, Ujung Genteng |
Siapa yang tak
bisa jatuh cinta pada senja, momen sakral saat cahaya terakhir yang tersiram ke
bumi terpancar dalam keagungan dan keindahan tak terperi. Keagungan atas
kesatuan langit dan bumi yang dengan murah hatinya dihadiahkan kepada manusia
di setiap jengkal bumi. Dari manapun kau berada, senja membuka peluknya bagi
orang yang menanti dan membuka lengan untuknya. Beberapa orang ingin memeluk
senja itu sendiri atau bersama yang terkasih dalam sepi dan hening, merasakan
sentuhan cahayanya yang agung namun lembut, meresapinya dan tenggelam dalam
ekstase hening sebelum cahaya itu pergi berganti kegelapan.
Kami adalah dua
pribadi yang telanjur jatuh cinta pada senja, kekaguman kami pada matahari tak
bisa ditinggalkan begitu saja. Kadang tampak berlebihan jika kami suka untuk
bersusah-susah hanya untuk menikmati saat cahaya sang surya muncul mengganti
pekat malam dan sebaliknya saat gelap mengambil cahaya terakhirnya. Namun
nyatanya kami tak sendiri, banyak orang melakukan yang sama. Di bawah matahari
yang sama, milyaran manusia jatuh cinta pada obyek yang sama tanpa pernah
berkelahi karenanya.
Terdapat satu
pesona yang dipersembahkan senja pada manusia seperti kami yakni keluasan. Saat
di foreground hanya menampilkan
siluet hitam benda-benda di depan kami, di sisi terjauh pandangan mata ia memberikan
hadiah yang lain yakni luasnya cakrawala, betapa luas bumi terbentang dan
betapa luas lautan terentang. Dalam berkas cahayanya ia memberi pengajaran
betapa raksasa dunia ini, titik di mana kita berdiri ini tak sebanding dengan
apa yang ada dan bisa kita lihat dalam kenyataan hidup yang sesungguhnya. Tak
perlu harus berebut karena senja memberikan semua bagian cakrawala bagi
manusia, setiap hari tanpa henti.
Cakrawala Senja |
Dan itulah
harapan dan doa kami atasnya, dibalur dengan harapan itulah ia terlahir untuk
menikmati tiap berkas cahaya matahari agar tumbuh merdeka sehingga di ujungnya
nanti ia akan membawa keluasan cakrawala kepada dunia, berbagi setiap keindahan
pada seluruh makhluk di atas bumi dan membangun keagungan bumi dan langit.
Semoga doa kami tak berlebihan sehingga dengan penuh cinta, kebanggaan dan
kerendahan hati kami menyematkan nama CAKRAWALA SENJA atasnya, seorang
perempuan kecil dengan tangisan kuat dan hentakan kaki serta lengan yang
merdeka sebagai manifestasi cinta kami pada keindahan yang agung dari langit
dan bumi sekaligus doa suci kami pada semesta agar menjaganya, memastikan ia
akan tumbuh dan membagi keindahan dan keluasannya bagi seluruh makhluk di bumi.
Sembilan bulan
yang mendebarkan akan berganti dengan masa-masa yang menyenangkan, melelahkan
dan penuh perjuangan. Sembilan bulan kekasih membawanya dengan penuh kelembutan
dan bertahun ke depan akan terus mendampinginya dengan cinta dan kelembutan.
Padanya lah kado ini dipersembahkan, sebaliknya Senja adalah kado terindah yang
pernah ia berikan padaku. Dengan seluruh kerendahan hati, terimakasih kami
haturkan pada hamparan doa yang sudah dikirim dari seluruh penjuru, terimakasih
pada ibunda Senja untuk yang lalu, saat ini dan seterusnya. Mulai saat ini kita
bisa menikmati senja dari dalam rumah. (w&y, 2015)