Kamis, 06 Agustus 2015

SENJA UNTUK KEKASIH, SENJA UNTUK DUNIA

Cakrawala saat senja di dermaga Taman Jaya, Ujung Kulon
Setahun berlalu dari perjalanan terakhir bersamanya, setahun berlalu ketika masih bisa mengecap kabut pagi di Mandalawangi, setahun tak terasa berlalu dan kenangan atas sunset di ujung barat Jawa tersimpan rapi di laman perjalanan kami, setahun berlalu ketika kami terguncang-guncang melintasi bebatuan di perbukitan Lebak, dan setahun untuk mengingat ketika dengan sadar kami menghentikan untuk sementara rencana untuk melakukan perjalanan melintasi darat pulau ini. Sebuah petualangan baru hadir dalam bentuk yang berbeda seratus delapan puluh derajat. Tak ada guncangan membanting punggung, tak ada debu di permukaan wajah dan tak ada angin dingin menusuk tulang. Yang ada adalah debar jantung dan kerinduan untuk menunggu yang akan hadir bersama kami. Yang dibicarakan adalah rasa penasaran untuk melihat seperti apa parasnya, bentuk wajahnya, dan kemudian berurai harapan yang akan kami sematkan padanya saat ia benar-benar datang dan menyambut sinar matahari pertamanya. Tiap kesempatan untuk memantaunya adalah kesenangan tersendiri, rasa bahagia yang muncul ketika melihat perkembangannya dari hari ke hari, menuju titik akhir di mana ia akan keluar dari ruang gelapnya dan menatap wajah kami dengan mata hitam bulatnya yang suci dan bening.

Harapan pun terbangun seiring kedatangannya, tentu bukanlah rangkaian bunga dan lampu-lampu hias di rumah melainkan doa kami atasnya, doa yang kami harapkan sudah membalutnya sejak ia hadir di dunia ini, doa yang tumbuh dari apa yang kami lihat, rasakan, serta nilai-nilai yang membangun emosi dan pikiran kami sejauh ini.

Senja di Pangumbahan, Ujung Genteng
Siapa yang tak bisa jatuh cinta pada senja, momen sakral saat cahaya terakhir yang tersiram ke bumi terpancar dalam keagungan dan keindahan tak terperi. Keagungan atas kesatuan langit dan bumi yang dengan murah hatinya dihadiahkan kepada manusia di setiap jengkal bumi. Dari manapun kau berada, senja membuka peluknya bagi orang yang menanti dan membuka lengan untuknya. Beberapa orang ingin memeluk senja itu sendiri atau bersama yang terkasih dalam sepi dan hening, merasakan sentuhan cahayanya yang agung namun lembut, meresapinya dan tenggelam dalam ekstase hening sebelum cahaya itu pergi berganti kegelapan.

Kami adalah dua pribadi yang telanjur jatuh cinta pada senja, kekaguman kami pada matahari tak bisa ditinggalkan begitu saja. Kadang tampak berlebihan jika kami suka untuk bersusah-susah hanya untuk menikmati saat cahaya sang surya muncul mengganti pekat malam dan sebaliknya saat gelap mengambil cahaya terakhirnya. Namun nyatanya kami tak sendiri, banyak orang melakukan yang sama. Di bawah matahari yang sama, milyaran manusia jatuh cinta pada obyek yang sama tanpa pernah berkelahi karenanya.

Terdapat satu pesona yang dipersembahkan senja pada manusia seperti kami yakni keluasan. Saat di foreground hanya menampilkan siluet hitam benda-benda di depan kami, di sisi terjauh pandangan mata ia memberikan hadiah yang lain yakni luasnya cakrawala, betapa luas bumi terbentang dan betapa luas lautan terentang. Dalam berkas cahayanya ia memberi pengajaran betapa raksasa dunia ini, titik di mana kita berdiri ini tak sebanding dengan apa yang ada dan bisa kita lihat dalam kenyataan hidup yang sesungguhnya. Tak perlu harus berebut karena senja memberikan semua bagian cakrawala bagi manusia, setiap hari tanpa henti.

Cakrawala Senja
Dan itulah harapan dan doa kami atasnya, dibalur dengan harapan itulah ia terlahir untuk menikmati tiap berkas cahaya matahari agar tumbuh merdeka sehingga di ujungnya nanti ia akan membawa keluasan cakrawala kepada dunia, berbagi setiap keindahan pada seluruh makhluk di atas bumi dan membangun keagungan bumi dan langit. Semoga doa kami tak berlebihan sehingga dengan penuh cinta, kebanggaan dan kerendahan hati kami menyematkan nama CAKRAWALA SENJA atasnya, seorang perempuan kecil dengan tangisan kuat dan hentakan kaki serta lengan yang merdeka sebagai manifestasi cinta kami pada keindahan yang agung dari langit dan bumi sekaligus doa suci kami pada semesta agar menjaganya, memastikan ia akan tumbuh dan membagi keindahan dan keluasannya bagi seluruh makhluk di bumi.


Sembilan bulan yang mendebarkan akan berganti dengan masa-masa yang menyenangkan, melelahkan dan penuh perjuangan. Sembilan bulan kekasih membawanya dengan penuh kelembutan dan bertahun ke depan akan terus mendampinginya dengan cinta dan kelembutan. Padanya lah kado ini dipersembahkan, sebaliknya Senja adalah kado terindah yang pernah ia berikan padaku. Dengan seluruh kerendahan hati, terimakasih kami haturkan pada hamparan doa yang sudah dikirim dari seluruh penjuru, terimakasih pada ibunda Senja untuk yang lalu, saat ini dan seterusnya. Mulai saat ini kita bisa menikmati senja dari dalam rumah. (w&y, 2015)