Tampilkan postingan dengan label Gili Meno. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gili Meno. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Desember 2013

Dari Sunset ke Sunset (Gili Trawangan - Bukit Malimbu 2)

 
Pemandangan Matahari Terbenam dengan latar Gunung Rinjani dari Gili Trawangan
Setelah sempat menikmati siang yang panas di Mataram serta lezatnya Ayam Taliwang di Karang Taliwang pada malam harinya, liburan yang masih ada kami gunakan untuk menemui tempat yang membuat kami penasaran yakni gili atau pulau-pulau kecil yang berada di Lombok bagian barat. Sengaja pagi hari kami menuju Pelabuhan Bangsal yang merupakan pelabuhan rakyat menuju gili-gili ini. Ada tiga pulau atau gili yang letaknya berdekatan dan menjadi tujuan para wisatawan dan pemburu lautan yakni Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan, dari ketiganya kami memilih Gili Trawangan dan akan menggunakan moda perahu untuk menyambangi pulau lain.
 
Menunggu perahu ke Trawangan di Pelabuhan Bangsal
Dengan ongkos Rp 12.000 rupiah per orang kami sudah mendapatkan tiket naik perahu motor selama 30 menit menuju Gli Trawangan. Bersama kami tampak pula para pedagang yang membawa barang-barang mentah sebagai dagangan, para wisatawan dengan tas besar maupun kecil serta para penduduk Gili Trawangan yang memang seringkali bolak-balik antara Gili Trawangan dan Lombok, perahu penuh sesak pagi itu namun tetap kami menikmatinya sebagai sebagian wajah Indonesia sambil sesekali memandang ke luar ke air biru bening dan luas di sekitar kami.

Gili Trawangan merupakan sebuah pulau yang sangat ramai. Saat perahu mendarat pantai tampak ramai oleh orang, tumpukan dus Bir Bintang, jejeran kafe atau tempat berjemur dan umbul-umbul perusahaan penawar jasa diving atau snorkling. Di kiri dan kanan jalan dipenuhi oleh toko-toko , cafe dan penyewaan sepeda (ongkosnya @50-60 ribu perhari) sedangkan jalan sendiri penuh padat dengan lalu lalang sepeda, orang berjalan kaki maupun cidomo (kombinasi antara cikar, dokar dan mobil dengan biaya @50ribu).

Selamat datang di Trawangan

Pertama-tama, kami mencari tempat menginap. Dari informasi Narsih teman kami di Mataram, rekannya memiliki penginapan yang nyaman dan relatif murah yakni Gili Smile Inn yang letaknya di jalan belakang dari jalan utama, 500 meter dari gerbang pendaratan perahu tadi,  namun sayang sekali saat itu Gili Smile tutup karena stafnya melakukan pendakian ke Rinjani. Tapi akhirnya melalui rekan dari kawan di Gili Smile itu kami direkomendasikan ke Hotel Balenta yang letaknya di seberang Gili Smile namun berbatasan langsung dengan jalan utama. Seorang kawan baru yang baik akhirnya memberi kami sebuah pondokan yang nyaman dan indah berbentuk rumah Sasak hanya dengan harga Rp 150 ribu, ini harga teman, sementara harga normal untuk tipe standar adalah Rp 250 – 300 ribu. Kami sangat beruntung memiliki teman dari teman yang memberi kami tempat yang nyaman ini.
Penginapan dengan desain Rumah Sasak, Gili Smile inn
Barulah pada siang hari kami menikmati tepian pantai Gili Trawangan yang ramai terisi para wisatawan. Seperti biasa, pengamatan kami dimulai, pertama, harga makanan di cafe-cafe pinggiran pantai ini relatif mahal, rata-rata harga makanan adalah Rp 50ribu dan minuman Rp 15ribu. Kedua, kami adalah minoritas di gili ini karena hampir 95% yang kami lihat adalah wisatawan mancanegara. Ketiga, hampir semua makanan yang disediakan adalah makanan barat meski  tetap terselip menu lokal yang disediakan. Keempat, udara di sini sangat terik dan panas, so setelah terpanggang di gunung di sini kami seperti di sauna. Namun dari kesemuanya, kami akui Gili Trawangan memiliki suasana dan pemandangan yang indah, lautnya tenang, biru bening dan bersih untuk snorkling atau berenang di tepiannya.


Fun snorkeling
Yang terbaik dari Gili Trawangan ada tiga, ini kami temukan setelah kami menghabiskan 2 hari di sana. Yang pertama adalah spot snorklingnya yang indah dimana Anda akan bisa melihat penyu, rombongan ikan hias, terumbu-terumbu cantik, Meno wall ataupun bangkai kapal kargo. Cara untuk menikmatinya pun gampang, setiap pk 10.00 pagi selalu ada Glass Bottom Boat atau perahu dengan dasar kaca yang akan mengantar setiap tamu untuk snorkling ke tiga spot snorling terbaik baik di dekat Trawangan, Meno maupun Air. Biaya per orang Rp 100.000 untuk perjalanan sampai jam 15.00 sore. Terbaik kedua adalah spot Sunset, untuk mendapatkan spot terbaik pergilah ke ujung barat pulau, jika jalan kaki maka akan melintasi kira-kira 3 kilometer jalanan yang penuh hotel, resort dan cafe. Di depan anda akan terpampang bulatnya matahari yang akan tenggelam di cakrawala berbalut cahaya jingga yang mempesona tercermin ke langit maupun di permukaan air laut. Di depan matahari jingga tersebut, anda bisa menyaksikan sosok Gunung Rinjani yang agung. Sungguh paduan yang tepat bagi kamera dan mata telanjang.
 
Menangkap mentari
Terbaik ketiga dari Trawangan adalah suasana malamnya. Suatu hal yang sayang dilewatkan untuk menikmati pasar seni dimana terdapat lapangan yang penuh dengan penjual makanan beraneka rupa. Tapi jangan salah, meskipun namanya pasar harga makanan pun relatif mahal, tapi ini tergantung dari pesanan Anda apakah mau bakso saja, nasi campur, atau ikan bakar segar. Suasana ramai dan terbuka adalah sesuatu yang bisa Anda nikmati. Puas dengan makan malam di pasar seni, datanglah ke cafe reggae yang terletak di sebelah kiri dari pintu masuk Gili Trawangan dimana pada jam 9 malam pun sudah penuh sesak oleh tamu yang hendak menikmati live music reggae, pilihan lain adalah live musik rock klasik, letaknya di sisi kanan dari arah pintu masuk Trawangan. Jangan langsung masuk kamar setelah itu, mampirlah di tepi pantai, duduk lah di atas pasir atau bale-bale untuk menikmati rembulan dan bintang. Ketika sudah terpuaskan perut, mata dan hati maka istirahatlah hingga pagi menjelang.


Glass-bottom Boat
Jika ingin mencari makan pagi, Anda perlu bersabar karena cafe-cafe buka agak siang, kecuali yang sarapan di hotel. Namun jika rindu makanan nasi campur ala warung, pergilah ke sudut timur. Dari Gili Smile jalan ke timur sejauh 50 meter akan ditemukan sebuah warung di pojok jalan bernama Sudi Mampir, harganya bersahabat karena ditujukan bukan untuk wisatawan mancanegara. Alternatif lain adalah nasi balap yang dibungkus kertas coklat berbentuk kerucut yang dijual di pinggir-pinggir jalan, dengan 5ribu sudah bisa mengisi perut di pagi hari sebelum snorkling. Jika hendak snorkling sendiri di pinggiran pantai, Anda bisa menyewa alat seperti snorkel, life jacket atau fin seharga @15-20ribu namun jika hendak ke spot snorkling, ikutlah rombongan tur tiga pulau dengan Glass Bottom Boat yang ditawarkan agen-agen di kiri kanan jalan. Dijamin tak akan kecewa dan menyenangkan, asal jangan lupa memakai tabir surya dengan SPF minimal 30 dan mengikuti arahan tour leader karena kadang ada arus yang kuat di titik snorkling itu. Di akhir trip, tour leader akan mengajak semua penumpang makan siang di Gili Air.
 
Tepian Gili Trawangan
Dua hari mungkin tak cukup namun untuk yang hanya memiliki dua haripun lelah akan terbayar, menjadi minoritas di sini untuk dua hari tetap terasa menyenangkan. Memang agak berbeda ketika weekend karena jumlah wisatawan dalam negeri akan meningkat signifikan baik perorangan maupun dalam rombongan piknik kantor atau keluarga besar. Dari Gili, pengalaman Lombok semakin lengkap namun Lombok masih luas, masih ada banyak lagi tapi tak akan dinikmati di Gili lagi. Dalam perjalanan pulang ke Lombok sudah terbayang tempat-tempat lain untuk menikmati waktu liburan yang tersisa, Senggigi adalah salah satunya.

Bersama tiga kawan di Mataram, keesokan harinya kami sempat mengunjungi Pasar Seni Sayang-sayang dimana banyak menjual banyak suvenir dengan harga miring, kemudian kami menuju arah Senggigi untuk menikmati kuliner ikan segar. Senggigi merupakan kawasan yang sudah terkenal sebagai tujuan wisata karena itu di sana kami melihat banyak sekali hotel maupun penginapan yang tersedia. Ternyata bukan di Senggigi kami berhenti melainkan masih terus melintasi jalanan lebar dan naik turun dengan pemandangan laut di kiri kami, sungguh indah perjalanan melintasi pantai-pantai setelah Senggigi ini di mana lautan luas terhampar memanja mata, maka hati-hatilah bila Anda adalah yang menyetir mobil atau mengendarai motor, jangan teralihkan konsentrasinya.

Sunset di Bukit Malimbu 2
Sampailah kami di Bukit Malimbu 2 yang kadang disebut juga Bukit Nipah, yang memang menjadi spot terbaik untuk menyaksikan matahari tenggelam. Sambil menunggu sunset, sajian ikan bakar segar plus sambal yang pedas layak juga dinanti. Akhirnya momen yang ditunggu pun hadir. Dari ujung bukit ini, momentum itu terasa sangat mempesona ketika langit merona merah dan bayang-bayang pohon kelapa tampak tenang menghiasi temaramnya senja. Sunset kesekian di Lombok kami dapati dan tak pernah merasa bosan menikmatinya. Rasa syukur kembali kami ucap dalam hati atas kesempatan yang kami miliki untuk berbagi kebahagiaan bersama kawan-kawan yang baik. Sekali lagi, dari Lombok ini kami makin mencintai negeri ini (10/13 W&Y)

Sampai bertemu lagi