 |
Pemandangan Matahari Terbenam dengan latar Gunung Rinjani dari Gili Trawangan |
Setelah sempat menikmati siang yang panas di Mataram serta
lezatnya Ayam Taliwang di Karang Taliwang pada malam harinya, liburan yang
masih ada kami gunakan untuk menemui tempat yang membuat kami penasaran yakni gili
atau pulau-pulau kecil yang berada di Lombok bagian barat. Sengaja pagi hari
kami menuju Pelabuhan Bangsal yang merupakan pelabuhan rakyat menuju gili-gili
ini. Ada tiga pulau atau gili yang letaknya berdekatan dan menjadi tujuan para wisatawan
dan pemburu lautan yakni Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan, dari
ketiganya kami memilih Gili Trawangan dan akan menggunakan moda perahu untuk
menyambangi pulau lain.
 |
Menunggu perahu ke Trawangan di Pelabuhan Bangsal |
Dengan ongkos Rp 12.000 rupiah per orang kami sudah
mendapatkan tiket naik perahu motor selama 30 menit menuju Gli Trawangan.
Bersama kami tampak pula para pedagang yang membawa barang-barang mentah
sebagai dagangan, para wisatawan dengan tas besar maupun kecil serta para
penduduk Gili Trawangan yang memang seringkali bolak-balik antara Gili
Trawangan dan Lombok, perahu penuh sesak pagi itu namun tetap kami menikmatinya
sebagai sebagian wajah Indonesia sambil sesekali memandang ke luar ke air biru
bening dan luas di sekitar kami.
Gili Trawangan merupakan sebuah pulau yang sangat ramai. Saat
perahu mendarat pantai tampak ramai oleh orang, tumpukan dus Bir Bintang, jejeran
kafe atau tempat berjemur dan umbul-umbul perusahaan penawar jasa diving atau
snorkling. Di kiri dan kanan jalan dipenuhi oleh toko-toko , cafe dan penyewaan
sepeda (ongkosnya @50-60 ribu perhari) sedangkan jalan sendiri penuh padat
dengan lalu lalang sepeda, orang berjalan kaki maupun cidomo (kombinasi antara
cikar, dokar dan mobil dengan biaya @50ribu).
 |
Selamat datang di Trawangan |
Pertama-tama, kami mencari tempat menginap. Dari informasi Narsih
teman kami di Mataram, rekannya memiliki penginapan yang nyaman dan relatif
murah yakni Gili Smile Inn yang letaknya di jalan belakang dari jalan utama,
500 meter dari gerbang pendaratan perahu tadi, namun sayang sekali saat itu Gili Smile tutup
karena stafnya melakukan pendakian ke Rinjani. Tapi akhirnya melalui rekan dari
kawan di Gili Smile itu kami direkomendasikan ke Hotel Balenta yang letaknya di
seberang Gili Smile namun berbatasan langsung dengan jalan utama. Seorang kawan
baru yang baik akhirnya memberi kami sebuah pondokan yang nyaman dan indah
berbentuk rumah Sasak hanya dengan harga Rp 150 ribu, ini harga teman,
sementara harga normal untuk tipe standar adalah Rp 250 – 300 ribu. Kami sangat
beruntung memiliki teman dari teman yang memberi kami tempat yang nyaman ini.
 |
Penginapan dengan desain Rumah Sasak, Gili Smile inn |
Barulah pada siang hari kami menikmati tepian pantai Gili
Trawangan yang ramai terisi para wisatawan. Seperti biasa, pengamatan kami
dimulai, pertama, harga makanan di cafe-cafe pinggiran pantai ini relatif
mahal, rata-rata harga makanan adalah Rp 50ribu dan minuman Rp 15ribu. Kedua,
kami adalah minoritas di gili ini karena hampir 95% yang kami lihat adalah
wisatawan mancanegara. Ketiga, hampir semua makanan yang disediakan adalah
makanan barat meski tetap terselip menu
lokal yang disediakan. Keempat, udara di sini sangat terik dan panas, so
setelah terpanggang di gunung di sini kami seperti di sauna. Namun dari
kesemuanya, kami akui Gili Trawangan memiliki suasana dan pemandangan yang
indah, lautnya tenang, biru bening dan bersih untuk snorkling atau berenang di
tepiannya.
 |
Fun snorkeling |
Yang terbaik dari Gili Trawangan ada tiga, ini kami temukan
setelah kami menghabiskan 2 hari di sana. Yang pertama adalah spot snorklingnya
yang indah dimana Anda akan bisa melihat penyu, rombongan ikan hias,
terumbu-terumbu cantik, Meno wall ataupun bangkai kapal kargo. Cara untuk
menikmatinya pun gampang, setiap pk 10.00 pagi selalu ada Glass Bottom Boat
atau perahu dengan dasar kaca yang akan mengantar setiap tamu untuk snorkling
ke tiga spot snorling terbaik baik di dekat Trawangan, Meno maupun Air. Biaya
per orang Rp 100.000 untuk perjalanan sampai jam 15.00 sore. Terbaik kedua
adalah spot Sunset, untuk mendapatkan spot terbaik pergilah ke ujung barat
pulau, jika jalan kaki maka akan melintasi kira-kira 3 kilometer jalanan yang
penuh hotel, resort dan cafe. Di depan anda akan terpampang bulatnya matahari
yang akan tenggelam di cakrawala berbalut cahaya jingga yang mempesona
tercermin ke langit maupun di permukaan air laut. Di depan matahari jingga
tersebut, anda bisa menyaksikan sosok Gunung Rinjani yang agung. Sungguh paduan
yang tepat bagi kamera dan mata telanjang.
 |
Menangkap mentari |
Terbaik ketiga dari Trawangan adalah suasana malamnya. Suatu
hal yang sayang dilewatkan untuk menikmati pasar seni dimana terdapat lapangan yang
penuh dengan penjual makanan beraneka rupa. Tapi jangan salah, meskipun namanya
pasar harga makanan pun relatif mahal, tapi ini tergantung dari pesanan Anda
apakah mau bakso saja, nasi campur, atau ikan bakar segar. Suasana ramai dan
terbuka adalah sesuatu yang bisa Anda nikmati. Puas dengan makan malam di pasar
seni, datanglah ke cafe reggae yang terletak di sebelah kiri dari pintu masuk
Gili Trawangan dimana pada jam 9 malam pun sudah penuh sesak oleh tamu yang
hendak menikmati live music reggae, pilihan lain adalah live musik rock klasik,
letaknya di sisi kanan dari arah pintu masuk Trawangan. Jangan langsung masuk
kamar setelah itu, mampirlah di tepi pantai, duduk lah di atas pasir atau
bale-bale untuk menikmati rembulan dan bintang. Ketika sudah terpuaskan perut, mata
dan hati maka istirahatlah hingga pagi menjelang.
 |
Glass-bottom Boat |
Jika ingin mencari makan pagi, Anda perlu bersabar karena
cafe-cafe buka agak siang, kecuali yang sarapan di hotel. Namun jika rindu
makanan nasi campur ala warung, pergilah ke sudut timur. Dari Gili Smile jalan
ke timur sejauh 50 meter akan ditemukan sebuah warung di pojok jalan bernama
Sudi Mampir, harganya bersahabat karena ditujukan bukan untuk wisatawan
mancanegara. Alternatif lain adalah nasi balap yang dibungkus kertas coklat berbentuk
kerucut yang dijual di pinggir-pinggir jalan, dengan 5ribu sudah bisa mengisi
perut di pagi hari sebelum snorkling. Jika hendak snorkling sendiri di
pinggiran pantai, Anda bisa menyewa alat seperti snorkel, life jacket atau fin
seharga @15-20ribu namun jika hendak ke spot snorkling, ikutlah rombongan tur
tiga pulau dengan Glass Bottom Boat yang ditawarkan agen-agen di kiri kanan
jalan. Dijamin tak akan kecewa dan menyenangkan, asal jangan lupa memakai tabir
surya dengan SPF minimal 30 dan mengikuti arahan tour leader karena kadang ada
arus yang kuat di titik snorkling itu. Di akhir trip, tour leader akan mengajak
semua penumpang makan siang di Gili Air.
 |
Tepian Gili Trawangan |
Dua hari mungkin tak cukup namun untuk yang hanya memiliki
dua haripun lelah akan terbayar, menjadi minoritas di sini untuk dua hari tetap
terasa menyenangkan. Memang agak berbeda ketika weekend karena jumlah wisatawan
dalam negeri akan meningkat signifikan baik perorangan maupun dalam rombongan
piknik kantor atau keluarga besar. Dari Gili, pengalaman Lombok semakin lengkap
namun Lombok masih luas, masih ada banyak lagi tapi tak akan dinikmati di Gili
lagi. Dalam perjalanan pulang ke Lombok sudah terbayang tempat-tempat lain untuk
menikmati waktu liburan yang tersisa, Senggigi adalah salah satunya.
Bersama tiga kawan di Mataram, keesokan harinya kami sempat
mengunjungi Pasar Seni Sayang-sayang dimana banyak menjual banyak suvenir
dengan harga miring, kemudian kami menuju arah Senggigi untuk menikmati kuliner
ikan segar. Senggigi merupakan kawasan yang sudah terkenal sebagai tujuan
wisata karena itu di sana kami melihat banyak sekali hotel maupun penginapan
yang tersedia. Ternyata bukan di Senggigi kami berhenti melainkan masih terus
melintasi jalanan lebar dan naik turun dengan pemandangan laut di kiri kami,
sungguh indah perjalanan melintasi pantai-pantai setelah Senggigi ini di mana
lautan luas terhampar memanja mata, maka hati-hatilah bila Anda adalah yang
menyetir mobil atau mengendarai motor, jangan teralihkan konsentrasinya.
 |
Sunset di Bukit Malimbu 2 |
Sampailah kami di Bukit Malimbu 2 yang kadang disebut juga
Bukit Nipah, yang memang menjadi spot terbaik untuk menyaksikan matahari
tenggelam. Sambil menunggu sunset, sajian ikan bakar segar plus sambal yang
pedas layak juga dinanti. Akhirnya momen yang ditunggu pun hadir. Dari ujung
bukit ini, momentum itu terasa sangat mempesona ketika langit merona merah dan
bayang-bayang pohon kelapa tampak tenang menghiasi temaramnya senja. Sunset
kesekian di Lombok kami dapati dan tak pernah merasa bosan menikmatinya. Rasa
syukur kembali kami ucap dalam hati atas kesempatan yang kami miliki untuk berbagi
kebahagiaan bersama kawan-kawan yang baik. Sekali lagi, dari Lombok ini kami
makin mencintai negeri ini (10/13 W&Y)
 |
Sampai bertemu lagi |