![]() |
Kampung Malasari, Citalahab |
Selamat pagi!
Sinar matahari bersinar terang menembusi dedaunan dan
pohon-pohon di depan homestay kami, suasana yang membuat kami tak hendak
cepat-cepat mandi, lagian airnya sungguh sangat dingin. Suasana masih sepi
namun beberapa orang sudah mulai melaksanakan aktivitasnya. Dengan segelas kopi
susu panas kami berada di teras dan mengobrol tentang segala hal, sungguh pagi
yang nikmat.
![]() |
Suasana pagi di Malasari, Citalahab |
Seusai mandi dan sarapan kami merancang acara hari ini yakni
eksplorasi kawasan Malasari ini, ada beberapa hal menarik yang bisa dilakukan
di sini. Pertama kami berjalan-jalan di sekitar perkebunan teh Nirmala ini
menikmati embun di permukaan daun dan terpaan sinar mentarinya. Cerah sekali
pagi itu, menjadikan karpet hijau kebun teh, lekuk jalanan tanah, tegakan
pohon, hamparan langit biru, awan putih dan sisa kabut menjadi sebuah skesta alam nan indah di mata
kami.
![]() |
Mencari Owa Jawa |
Kedua, kami melakukan light trekk di kawasan hutan di
belakang kampung, berdasarkan informasi dan juga suara-suara yang kami dengar
sejak kemarin, terdapat sekumpulan owa Jawa di hutan sana. Meskipun hutan ini
kecil dan pastinya sering dimasuki orang, toh bisa membuat kita kehilangan arah
karena saking asiknya menikmati suasana. Walhasil tak juga menemukan Owa Jawa
yang kami cari, kami malah harus mencari jalan keluar dari hutan ini. Untungnya
kami temukan juga jalan keluarnya yang ternyata memutari hutan tersebut dan
berujung di sawah di sisi lain jalan masuk kami. Namun kami menemukan hal lain
yang menarik, selain terong susu berwarna kuning terang, di sepanjang jalan
menuju kampung terserak feses luwak yang bercampur kopi. Inilah sang bakal kopi
mahal itu sementara di sini terserak begitu saja oleh luwak liar, hal ini kami
simpulkan karena di sana tak ada yang memelihara luwak penghasil kopi luwak.
![]() |
Tangkapan yang sukses siang itu |
Jelang siang, keasyikan ternyata belum terhenti. Bapak
pemilik homestay sedang bermain dengan joran pancingnya di kolam untuk mencari
lauk makan siang ternyata. Kebetulan yang menyenangkan bagi Wong yang segera
saja meminjam joran lain dan ikut memancing, ia betah berlama-lama berjongkok
menunggu umpannya disambar. Hasilnya cukup memuaskan, beberapa mujair segar
siap jadi lauk kami. Aktivitas kecil ini ternyata sangat menyenangkannya.
Siangnya, kami mengunjungi Curug Macan, salah satu air
terjun kecil yang berada di dekat stasiun penelitian TNGHS. Dengan menitipkan
kendaraan di pos ini, kami berjalan menuju curug ini, dari pinggir jalan antara
pos-citalahab, curug ini berada sekitar 200 meter ke bawah. Curug ini tidak
besar namun cukup tinggi jatuhan airnya di sungai yang airnya sangat jernih dan
dingin. Tak salah jika berada di sini memunculkan keinginan untuk mandi
kemudian memasak kopi lalu makan di pinggir sungai...
![]() |
Curug Macan |
Malam pun tak mau dilewati begitu saja, sayang jika tidak
menyempatkan diri untuk mengunjungi canopy trail dan mencari jamur berfosfor di
sekitar stasiun penelitian. Ternyata banyak juga pengunjung yang datang ke sana
malam itu. Ditemani seorang pemandu, dengan berbekal headlamp kami diajak
menuju Canopy Trail (namun saat itu tak bisa digunakan karena masih dalam
perbaikan) dan mencari jamur yang bercahaya itu, setelah berjalan sedikit agak
di belakang pos, pemandu meminta kami mematikan semua lampu dan cermat melihat
sekitar, dan woilaaa..... kami melihat titik-titik kecil, amat kecil seukuran 2-3
mm tapi bertebaran di mana-mana, benda berpendar itulah jamur yang kami cari.
Bila tanpa pemandu, niscaya kami tak akan bisa mengetahui keberadaannya.
![]() |
Canopy Trail sedang dalam perbaikan |
Terimakasih
kami ucapkan pada pemandu yang telah membuat kami berkesempatan menikmatinya
sebelum kami kembali ke rumah Bu Ana untuk istirahat.
Cukup untuk malam ini, waktunya kembali beristirahat. Malam
(w&y)