Selasa, 01 Juli 2014

Sawarna, Primadona Banten Selatan


Tembok Karang Pantai Tanjung Layar, Sawarna, Banten Selatan
Selamat pagi..

Mari lanjutkan perjalanan kita. Dari Pelabuhan Ratu ini perjalanan berikutnya akan menuju Pantai Sawarna di Banten Selatan, kami tinggal menyusuri jalan ke utara menuju Cisolok. Sempat mampir ke Pantai Karang Hawu dan Pantai Cimaja yang terkenal sebagai spot surfing, perjalanan awalnya tidak menyenangkan karena jalan aspal yang rusak dan sangat menanjak, namun ketika sudah masuk wilayah Banten kami cukup heran karena jalan relatif lebih baik dibandingkan di wilayah Jawa Barat. 

Jalan masuk kawasan Pantai Sawarna
Dua jam kira-kira waktu dihabiskan untuk menuju Sawarna termasuk untuk singgah minum kopi dan mengambil gambar. Kawasan Sawarna sekilas tak tampak sebagai kawasan pantai karena untuk menuju pantai harus melewati jembatan gantung secara bergantian dan kudu melewati perkampungan, masih cukup sepi saat kami datang pada pukul 10.45 pagi. Sebagai orang yang baru pertama kali ke Sawarna, suasana ini mengingatkan saya pada Pulau Tidung atau Bali karena pantai tidak terbuka melainkan tertutup perkampungan wisata. Harga homestay juga relatif wajar, apalagi kami datang saat akhir minggu.

Menurut cerita Wong dan penuturan warga pemilik warung kopi di Sawarna, pantai ini berubah sangat cepat dari pantai alamiah dan sepi menjadi pantai yang selalu ramai, warung-warung berdiri di mana-mana, penginapan juga didirikan di mana-mana untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Hampir semua rumah juga berfungsi sebagai homestay yang menyewakan kamarnya, untuk rate weekend harganya berkisar antara 150-350 rb tidak termasuk makan, jangan ragu untuk menawar. Masalah yang sering muncul di sini adalah aliran listrik padam sehingga terbayang betapa gerahnya berada di kawasan ini tanpa kipas angin.

Siang terik di Pantai Pasir Putih, Sawarna

Bila sudah berada di Sawarna, tentu tak boleh melewatkan Tanjung Layar , pantai yang ditandai dengan tegakan dua karang tinggi yang berdampingan yang berdiri di pantai dangkal. Di sebelah kanan karang ini dan lebih menjorok ke laut nampak karang lain yang berdiri seperti dinding penahan ombak. Saat ombak tinggi menghempas dinding ini  terpapar sebuah pemandangan menakjubkan dengan diiringi suara ombak yang berdebum.

Tanjung Layar
Hempas ombak di tembok karang


Legon Pari
Selain Tanjung Layar, ada satu pantai lagi yang boleh dikunjungi yakni Pantai Legon Pari, sebuah teluk yang terisolasi letaknya. Untuk mencapainya dibutuhkan keteguhan dan kengeyelan karena jalur yang dilewati adalah batu. Namun kami berpikir positif bahwa ini harga sebuah keingintahuan. Ternyata Legon Pari memang teluk yang cukup menarik meskipun tidak fenomenal amat, pantainya memiliki  memiliki batuan berlumut serta memiliki lengkungan pasir putih yang akan berakhir di karang besar yang merupakan ujung daratan. Hampir mirip dengan dinding di Tanjung Layar, karang ini adalah tempat ombak terhempas dengan keras, hanya bedanya, karang di Legon Pari bisa didekati oleh manusia meskipun tetap menyimpan bahaya, ingat bahwa ombak besar hanya berbatas karang itu...hiiii!

Karang Legon Pari
Selesai dengan Legon Pari, kami mengunjungi sesuatu yang berbeda yakni Gua Lalay alias Gua Kelelawar, sebuah gua kapur yang dialiri air jernih yang cukup melimpah namun karena tidak membawa alat yang memadai kami tak melanjutkan sampai ujung sehingga tidak bisa menggambarkan variasi ornamen apa saja yang ada di bagian dalam gua Lalay ini.

Goa Lala






Tak terasa sore telah menjelang saat kami keluar dari kawasan Gua Lalay yang berupa perkampungan juga, namun kami belum berniat kembali ke penginapan. Memasuki kawasan Pantai Sawarna lagi, kami langsung menuju ke Tanjung Layar karena di ujung pantai ini tempat yang tepat untuk menikmati pemandangan matahari terbenam. Sayangnya, harapan tidak sesuai kenyataan, awan menyelimuti matahari sepanjang sore itu, kesempatan untuk mendapatkan gambar mataharipun sangat sulit. Meski begitu, kesempatan menikmati petang tetap dapat didapat seraya merasakan hembusan angin yang semakin kencang dan dingin, saat gelap mulai merayap berarti waktunya kembali ke homestay menikmati sisa waktu di Sawarna.

Secuil sunset di ujung hari di Sawarna
Terimakasih karena telah membawaku ke sini, ke primadona Banten Selatan. Esok hari, perjalanan akan dilanjutkan dengan kembali ke Pelabuhan Ratu untuk kemudian menuju Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Cikaniki, Sukabumi (w&y)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar